Minggu, 30 Agustus 2009

MEDITASI ALA ST. IGNATIUS

MEDITASI ALA ST. IGNATIUS

St. Igantius adalah pendiri Ordo Serikat Jesus (SJ). Ia berasal dari Spanyol, sebagaian besar masa hidupnya dihabiskan di Italia. Ia hidup antara tahun 1491-1556.


Dalam tulisan ini kita akan mempelajari dua metode yang diajarkan yang sangat berpengaruh terutama dalam Latihan Rohani.

Kekhasan dari meditasi ala St. Ignatius ini terletak pada keterlibatan kita dalam peristiwa yang kita renungkan. Gaya ini tidak hanya mengandalkan kemampuan akal budi, pikiran dan kehendak, tetapi juga perasaan menjadi bagian integral dalam meditasi. Mengalami dan hadir dalam peristiwa yang direnungkan adalah bagian penting dari meditasi ini. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan meditasi ini terletak sejauh mana saya mampu mengambil 'peran' dalam peristiwa yang saya renungkan itu. Karena dengan masuk dan terlibat dalam peristiwa itu kita diharapkan mampu bertemu dengan Tuhan. Dari pertemuan inilah kita bisa memetik hasil dan buah dari meditasi.

Harus diakui bahwa metode yang ditawarkan oleh St. Ignatius ini tidak gampang, bahkan boleh dikatakan berat sekali. Maka secara praktis metode pertama ini tidak begitu 'applicable' untuk mereka yang hanya mempunyai waktu singkat. Karena untuk bisa tuntas menggunakan gaya meditasi ini waktu yang dianjurkan kurang lebih satu jam. Dalam acara retret khusus mungkin hal ini bisa dijalankan, tetapi bagi kebanyakan kita yang hanya mempunyai waktu singkat, kiranya sulit sekali untuk bisa menggunakan meditasi ini.

Kekuatan dari meditasi ini adalah dalam proses. Kalau anda pernah ikut retret agung gaya St. Ignatius maka anda akan merasakan kuat kuasa dan ampuhnya meditasi ini. Terus terang meditasi ini berat, maka tidak mengherankan bahwa dalam retret agung, bagi mereka yang sungguh tidak siap dan mempunyai masalah berat sebelum dan tidak mampu diselesaikan akan mengalami 'gangguan jiwa'. Saya tidak menakuti anda, tetapi ada teman seretretan saya yang sungguh linglung dan menyerah, tidak mampu meneruskan retretnya.



a. Metode A.

1. Ambil waktu khusus dan luangkan kesempatan untuk beberapa menit dalam keheningan diri. Upayakan bahwa anda sungguh mengalami keheningan. Keheningan di sini diartikan sebagai kesendirian diri dalam harmonitas. Harmoni atau keselarasan diartikan sebagai "aku berada dan bersatu dengan..atau saya sungguh merasa damai dengan Alam, merasa damai dengan saudara-saudarai yang hidup dekat dan ada disekitar saya. Tetapi juga penting bahwa saya damai dengan diri saya dan Allah. Artinya saya tidak mempunyai masalah pribadi yang 'mengancam iman' saya terhadap Allah. Saya bahagia dan apa yang saya alami,miliki dan terima. Pengalaman akan keheningan ini akan menjadi 'pintu masuk' atau pengantar bagi kita untuk mengalami kesatuan pribadi antara saya dengan Allah dan dengan sesama disekitar saya.

2. Menyadari betul kehadiran Tuhan di dalam diri saya dan disekitar saya. Sulit untuk bisa dikatakan kapan persis Tuhan hadir, namun kesadaran akan kehadiran Tuhan ini perlu. Saya harus yakin dalam diri saya, bahwa Tuhan sekarang ini ada bersama saya dan juga hadir disekitar saya.

3. Kesadaran Tuhan yang hadir pada saat ini, mendorong saya untuk mempersembahkan pikiran, kehendak, ingatan dan imajinasi saya dan segala kebebasanku. Saya persembahkan kepada Tuhan apa yang ada dalam diriku, apa yang saya punya dan segala adaku, supaya Tuhan menggunakanku sesuai dengan yang dikehendakiNYa.

4. Membaca Kitab Suci. Ambil perikopa yang akan direnungkan, dibaca pelan-pelan. Renungkan dan mencoba untuk menangkap arti dan pesan yang akan disampaikan. Bila perlu baca beberapa kali hingga merasa sangat dekat dengan kisah ini. Munculkan pertanyaan sekilas yang membantu untuk membuat pikiran kita bekerja. Beri perhatian pada ayat yang menarik dan menyentuh.

Ambil contoh misalnya orang buta yang disembuhkan oleh Jesus (Luk 18:35-43). 'Apa yang kau inginkan aku perbuat bagimu? - ....segera .......memuji Tuhan.

5. Ambil beberapa saat untuk menggambarkan atau membayangkan situasi kongkrit dari awal sampai akhir dari peristiwa yang terjadi dalam injil. Bayangkan situasi batin, keadaan si pengemis buta, Jesus dan orang banyak yang hadir dalam peristiwa itu. Bila mungkin bayangkan segala peristiwa itu hingga sampai pada detil-detilnya.

Lakukan ini hingga anda mempunyai suatu 'frame' peristiwa yang jelas dan lengkap. Andaikan bahwa anda membuat film mengenai pengemis yang buta.

6. Setelah itu libatkan anda dalam peristiwa itu. Masuk dalam 'scene' menjadi salah satu dari pelaku dari peristiwa yang sedang dimeditasikan. Ambil salah satu peran, apa pun yang anda inginkan. Setelah itu renungkan segala peristiwa yang anda alami dan terjadi.

7. Dalam dialog refleksi dengan Tuhan, kita anda merenungkan setiap peristiwa yang terjadi, bisa jadi akan muncul refleksi seperi ini. Seperti sipengemis buta yang meminta Jesus rahmat untuk melihat. Ketika saya meminta kepada Tuhan rahmat bagi saya;

- sunguhkah saya memohon rahmat untuk bisa melihat dengan jelas?

- sungguhkah saya ingin bisa melihat?

- Bila saya tidak ingin benar-benar bisa melihat, saya akan mengatakan segala kesulitan yang saya hadapi untuk bisa menerima rahmat untuk melihat.

- bila saya sungguh mempunyai kesulitan atau halangan saya akan memohon kepada Tuhan untuk menolong saya mengatasi halangan dan kesulitan saya itu.

8. Bila ada merasa ada ayat, peristiwa yang sungguh menyentuh hati nikmati di situ. Jangan bergerak dan melanjutkan refleksi, tetapi nikmati 'insight' itu hingga tuntas. Bila anda merasa didalam ayat atau peristiwa itu anda merasa Tuhan berbicara, rasakan kehadirannya dan nikmati sentuhan kasihNya.

9. Selain itu, cara ini lain yang bisa digunakan untuk memperdalam isi, makna dan arti dari perikopa yang direnungkan atau dimeditasikan adalah dengan melihat aspek lain dari perikopa atau peristiwa Kitab Suci yang direnungkan.

- Apakah yang Tuhan ingin katakan lewat peristiwa dalam perikopa ini?

- Apakah perikopa ini sungguh menantang saya?

- Jesus bertanya kepada saya: "Apa yang kamu inginkan aku perbuat bagimu?"

- Jesus bertanya kepada saya; "apa yang kau harapkan dariku?"

- Lihatlah orang buta: Ia mengatahui bahwa Jesus adalah Messias. Ia sungguh percaya dan yakin kepada Jesus. Ia sungguh jujur terhadap permohonannya.

- Ia berkata: 'saya ingin supaya saya bisa melihat'. Dengan sepenuh badan, pikiran, hati dan jiwa ia meminta kepada Jesus kebaikan hatiNya.

- Apa yang Jesus katakan; 'Imanmu telah menyelematakanmu' Orang buta menjadi sembuh seketika, bisa melihat dan mengikuti Jesus.

- Setelah sembuh ia memuliakan dan meluhurkan nama Tuhan

- Sekarang saya menempatkan diri pada tempat orang buta itu. Bayangkan dan rasakan apa yang sedang terjadi dalam diri saya? Nikmati dan renungkan.



Notes:

Dalam meditasi dengan cara ini, kita harus bijak dalam mengatar waktu meditasi kita. Terutama pada awal pembuka meditasi ini kita tidak membutuhkan banyak waktu. Waktu yang paling banyak dibutuhkan adalah dalam tahap refleksi, masuk dalam peristiwa dan terlibat di dalamnya.

Bila anda merasa begitu terkesan dan menikmati 'saat tersentuh pada ayat atau peristiwa' jangan diputus atau berhenti disitu hanya karena ingin menyelesaikan 'metode' tetapi nikmatilah.

Tahap berikutnya adalah 'langkah penyadaran diri' yang akan membantu saya untuk bertindak secara kongkrti dalam hidup sehari-hari. Langkah ini semacam 'solusi' dalam meditasi ala St. Frans de Sales. Keterlibatan saya dalam peristiwa, kemampuan saya menempatkan diri sebagai salah satu pelaku peristiwa akan membantu saya untuk peka melihat dan merasakan kehadiran Tuhan. Dan ini akan membantu saya untuk hidup lebih baik.

Dalam metode B. ini meditasi lebih menekankan pada aspek 'penyerahan total' kehendak, akal budi, pikiran hati dan seluruh jiwa. Hal ini sesuai dengan prinsip St. Ignatius yang yang ia meliki adalah milik Allah dipersembahkan demi keagungan dan kemuliaan namaNya. Baginya mendapat 'rahmat Allah' adalah segala-galanya.


Kesatuan dengan Jesus menjadi arah dan tujuan dari meditasi ini. Kesatuan ini bisa dicapai dengan melibatkan diri dalam peristiwa yang dialami oleh Jesus dalam perikopa yang sedang direnungkan. Maka sarana pendukung meditasi, apakah itu berupa perikopa Kitab Suci, peristiwa hidup, atau alam ciptaan yang digunakan dalam meditasi cukup menentukan rahmat yang akan diterima. Selain itu daya imaginasi kita juga mempengaruhi proses meditasi.

Meditasi metode B sangat baik bila dilakukan dalam rangka retret bersama, atau dalam pertemuan doa bersama, karena setelah meditasi dianjurkan untuk sharing pengalaman bersama mereka menjalankan meditasi.

b. Metode B.

Contoh Meditasi dengan menggunakan Kisah Orang Buta yang disembuhkan (Luk 18:35-43).

1. Ciptakan keheningan diri sampai anda merasakan kedamaian hati yang secukupnya.

Dalam hal ini baik sekali bila anda berusaha menyadari penuh kehadiran Tuhan dalam diri anda dan sekitarnya. Rasakan harmonisasi dalam diri anda, dengan alam dan dengan situasi disekitar anda. Merasa yakinlah bahwa Tuhan juga hadir dalam diri anda dan disekitar anda.

2. Baca dan renungkan Kitab Suci hingga anda merasa sangat akrab dan mengerti kisah itu. Kemudian bembayangkan peristiwa perikopa Kitab Suci: Ambil contoh kutipan Kitab Suci diatas: Setelah itu libatkan diri anda masuk dalam peristiwa Kitab Suci itu. Ambil salah satu peran yang ada, atau anda memerankan diri anda sendiri. Yang penting bahwa anda ada dan terlibat dalam kisah itu.

- Bayangkan, atau imajinasikan bahwa anda sedang duduk di pinggir jalan, bayangkan bahwa diri anda menjadi si pengemis buta.

- Jesus lewat dijalan itu bersama dengan para muridNya

- Rasakan apa yang sedang bergerak dalam hatimu, dan bagaimana reaksi anda?

- Bagaimana anda menyambut atau menanggapi kehadiran Jesus pada saat itu.

3. Refleksi - Hadir bersama Jesus

Kesadaran akan kehadiran Jesus dalam diri anda, dan kehadiran anda bersama Jesus dalam imaginasi anda menimbulkan suatu perjumpaan dari hati ke hati. Inilah saat yang penting, inilah saat dimana anda secara pribadi bisa berbicara, omong dari hati-kehati (curhat).

- Maka gunakan saat hening ini untuk share dengan Jesus segala kegundahan hati, kekhawatiran, kegelisan, ketakutan, rasa sakit hati, derita karena penyakit, kesalahan anda, kegagalan dan segala kesulitan anda hadapi baik secara pribadi maupun dalam hidup bersama.

- Inilah saat bagi anda untuk berbagi derita dan kegembiraan dengan Jesus. Bicaralah seperti anda berbicara dengan teman yang paling dekat dengan anda.

4. Pasrah diri dalam KasihNya.

- Sebagai mana orang buta yang yakin bahwa Jesus mampu menyembuhkan dirinya, karena dia tahu bahwa Dia adalah Messias, maka serahkan diri anda sepenuhnya kedalam tanganNya.

- Pasrah total kepadaNya dan mintalah supaya Jesus menyentuh hatimu dan menyembuhkan segala luka hidupmu. Ingatlah apa yang dikatakan Jesus "Imanmu telah menyelamatkanmu, pergilah dalam damai"

5. Penutup

Meditasi ini diakhiri dengan doa Bapa Kami. Doakan doa ini pelan-pelan, daraskan kata demi kata dan rasakan kekuatannya. Yakinlah bahwa setiap kata yang keluar dari mulut anda mempunyai seribu makna.

Setelah selesai doa ini, tutuplah dengan Kemuliaan kepada Bapa....



Notes:

Setelah selesai meditas, ambilah waktu kurang lebih 15 menit untuk melihat kembali meditasi anda. Dan me'review' meditasi ini gunakalah pertanyaan ini sebagai bantuan untuk memperdalam makna dan menyadari rahmat yang anda terima dalam meditasi ini.

Bila meditasi ini terjadi dalam kelompok, hasil refleksi dari 'review' bisa disharingkan kepada anggota kelompok. Tujuan dari sharing ini adalah untuk memperkaya iman dan menyadari bagaimana Tuhan berkarya dalam setiap orang.

Pertanyaan pembantu:

- Apa yang terjadi, apa yang saya alami selama meditasi ?

- Adakah hal yang menyentuh hati, yang saya rasakan sebagai kehadiran Tuhan ?

- Adakah 'desolusi' atau hal-hal yang saya alami sebagai yang menganggu, mungkin suatu penolakan diri ketika hadir bersama Jesus?

- Adakan 'consulasi' atau suatu penghiburan hati yang saya terima dalam meditasi ? Perasaan bahagia yang sulit untuk bisa diceritakan atau disharingkan biasanya merupakan bentuk konsulasi yang datang dari Roh Kudus sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar